ONANI, kata ini memiliki arti yang negatif pada saat ini. Tetapi saya mencoba untuk mengambil arti kata tersebut dari sisi positifnya. Onani yang dapat diartikan sebagai pengeluaran hasrat, dan jika sudah dikeluarkan akan ada kepuasan yang akan didapatkan. Begitupun onani yang ingin kami lakukan, mengeluarkan hasrat yang ada di kepala, yang tertuang dalam verbal,sehingga diharapakan ada kepuasan bathin yang akan kami dapatkan.
J U S T O N A N I
 
18 Maret 2008
Ayo sekolah
Pendidikan, itulah salah satu capital human seseorang, kita tentunya sangat menyadari bahwa arti pendidikan bukan hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi lebih dari itu.

Seperti sebuah kisah salah satu Nabi, yaitu Nabi Sulaiman as ketika ditawarkan oleh Allah SWT antara kekuasaan, harta, wanita atau ilmu, lalu nabi memilih ilmu. Dengan ilmu tersebut, beliau memperoleh kekuasaan, harta, wanita dengan sendirinya. Itulah salah satu pentingnya suatu ilmu atau pendidikan.


Tetapi sungguh mengenaskan sekali dengan kondisi dibeberapa daerah di Indonesia, masih banyak yang belum memahami arti dari sebuah pendidikan. Seperti sebuah observasi yang sudah saya lakukan di suatu daerah Jawa Timur, mereka belum memahami arti pentingnya pendidikan, yang mereka ketahui hanyalah cukup dengan membaca dan menulis. Mereka hanyalah sebatas sampai tingkatan SD (untuk pendidikan formal), selepas itu, bagi wanita, mereka akan dinikahkan, dan bagi yang pria, mereka akan membantu keuangan keluarga. Ketika saya bertanya kepada salah satu anak, seorang wanita yang berumur sekitar 13 tahun, "kamu kenapa tidak sekolah?" lalu orang tuanya menjawab, "dia dah punya anak."

Keuangan bukanlah faktor penghambat pendidikan si anak, karena dengan kondisi rumah yang demikian, saya berkesimpulan bahwa uang bukanlah suatu masalah. Dan juga, pemerintah sudah memberikan sebuah fasilitas yang gratis kepada masyarakat untuk menikmati pendidikan di daerah tersebut. Ternyata pemahaman orang tua tentang pendidikan tersebut.

Dan saya yakin bukan hanya di daerah tersebut, masih banyak daerah-daerah lainnya yang mengalami hal seperti itu. Di perkotaan pun masih banyak orang tua yang memiliki pemahaman yang seperti itu, bersyukurlah anak yang memiliki orang tua ortodox, tetapi memiliki pemahaman yang modern.

Label:

posted by chole @ 11.02  
2 Comments:
  • At 18 Maret, 2008 21:41, Anonymous Anonim said…

    well, memang agak susah mengubah sebuah paradigma, termasuk paradigma akan pendidikan.

    menurutku sih, sebaiknya memberikan pola pendidikan di daerah kota sama desa-desa (yg terpencil) agak lebih dibedakan, maksdnya disesuaikan dg kebutuhan masyarakat desa yg ada.

    Mereka kalau hanya sekolah reguler yg ada, mungkin merasa itu ga guna... lebih baik sekolah yg menambah skil dalam kegiatan mereka yg sudah ada. Misal desa pengrajin dikasih sekolah yg fokus pada kerajinan, pengembangan usaha kecil dll...

    jadi lebih kena.

     
  • At 19 Maret, 2008 05:19, Blogger Abimanyu said…

    weeekzz...
    klo pendidikan cuma di lakukan di sekolah.. ya percuma aja.. dengan kurikulum-bobrok-bikin-bingung-habis2in-waktu-mana -mahal-lagi-udah-lulu-gak-bisa-apa2..
    pendidikan tu yang utama harusnya dari keluarga, dari lingkungan, dari kehidupan..
    tapi sayangnya.. bayak keluarga yang berantakan.. banyak lingkungan yang udah rusak dan amoral.. dan mereka tidak mengerti sama sekali akan hakekat kehidupan..

     
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

chole


See my complete profile
Previous Post
Archives
Shoutbox

Free chat widget @ ShoutMix
Links
Powered by


BLOGGER
Komunitas Blogger Universitas Brawijaya